Kisah Persalinan Kehamilan Pertama Indikasi Oligohidramnion

Sembilan bulan belajar pemberdayaan diri, belajar tentang persalinan normal, namun takdir berkehendak lain.. Kita benar-benar ditempa rasanya harus berikhtiar maksimal lalu kita mendapatkan hasil di luar rencana, takdir Allah berkata lain.. Belajar ikhlas dengan segala ketentuan-Nya.

Dokter memutuskan saya operasi sectio setelah tiga hari opname untuk infus cairan amnion karena terindikasi oligohidramnion, air ketuban sudah menipis (kalau tidak salah saat USG indeks ketuban 3 cm). Lalu karena saya menghendaki untuk mengusahakan lahiran normal, dokter kandungan saya membantu untuk infus cairan amnion selama 3 hari, harapannya air ketubannya bisa bertambah minimal jadi 5 cm sehingga "aman" untuk melahirkan bayi per vaginam. Namun setelah hari ketiga air ketuban masih 3 cm, dan pembukaan juga masih 1 (belum bertambah), hingga keputusan akhir harus operasi sectio.


oligohidramnion


Kalau diingat, waktu itu sejak kehamilan 9 bulan saya sering batuk sampai muntah dan terkencing-kencing. Perut sudah besar banget, kenaikan BB lebih dari 10 kg, tiap batuk sampai muntah-muntah tekanan ke perut cukup keras, tidak bisa ditahan 😖
Saya tidak tau ketika ada cairan keluar lewat bawah itu hanya urine atau ada ketuban yang rembes 😕

Keluhan pertumbuhan janin saat kehamilan pertama juga agak lambat, meski asupan gizinya rasanya sudah maksimal.. Ketuban yang pas-pasan kadang kurang, berat janin juga kenaikannya agak sulit sampai di usia kehamilan 38 weeks hanya 2,3 kg (mentok ga naik selama 2 pekan) meski sudah digempur susu tinggi protein, makan tinggi protein, es krim (sampe beli baskin robbins karena kadar gula saya agak tinggi jadi sama dokter kandungan di Bandarlampung dulu disarankan minum es krim dengan kadar gula yang lebih rendah).

Sejak awal hamil sampai usia kehamilan 34 minggu saya tinggal di Bandarlampung kemudian pulang ke Jogja mulai usia kehamilan 36 minggu saya kontrol tiap pekan di RSUP Sarjito dengan dr. Detty SpOG atau di RS JIH dengan dr. Enny SpOG. Mulai trimester ketiga itu kenaikan BBJ nya kurang dari usia kehamilannya. Kalaupun cukup batas bawah. Mungkinkah plasentanya kurang bagus? Allahu alam. Bagaimana pun usahanya waktu itu saya tetap syukuri karena janin sehat di dalam kandungan. Meski, ketika USG terkadang ketubannya agak kurang dari cukup, kadang kenaikan BB nya kurang dari usia kehamilan. Dokter hanya bilang kondisi sehat, baik-baik saja. Apa mungkin genetik? Bisa jadi. Meski intervensi nutrisi sudah dilakukan semaksimal mungkin 😁

Singkat kisah, setelah persalinan caesar berjalan lancar dan cepat, operasi sectio saya dikerjakan dr. Enny S. Pamuji, SpOG di RS JIH 26 Februari 2015 jam 5 pagi. Baru 30 menit saya sudah keluar dari ruang operasi. Ternyata bayi saya sudah keluarin mekonium didalam sehingga saat diangkat dari perut, badannya sudah berlumur kotorannya sendiri yang seharusnya mekonium baru keluar setelah lahir. Kalau tidak salah, istilah medisnya sindrom aspirasi mekonium. Karena janin sudah mengeluarkan kotoran di dalam kandungan karena distress, dan sudah terhirup juga. Kami tidak sempat IMD. Segera setelah lahir, bayi nangis kenceng.

aspirasi mekonium


Yang bikin saya gak terlalu cemas setelah melahirkan itu meski kondisi bayi aspirasi mekonium, karena nangisnya kenceng dan kuat. Karena kalau baca-baca tentang sindrom aspirasi mekonium yang prognosisnya buruk itu kalau bayinya nggak nangis atau lemah. Meski sudah menghirup kotoran juga jadi harus dirawat untuk membersihkan organnya yang sudah "terkontaminasi" kotoran supaya tidak terjadi infeksi lanjutan.

Dokter anak yang mendampingi persalinan segera melarikan bayi saya ke ruang perawatan intensif untuk dilakukan observasi dan akhirnya diberi alat bantu oksigen dan diinfus. Karena dari hasil rontgen tampak mekonium masuk ke paru-paru. Respiration rate bayinya pun diatas normal (lebih dari 100 per menit) sehingga bayi diputuskan untuk dirawat intensif sampai 5 hari untuk observasi dan diberikan infus obat. Alhamdulillah kuasa-Nya yang memberikan kekuatan untuk si bayi, dan dia responnya baik dengan obat yang diberikan sehingga kondisinya berangsur baik (menuju normal dari hari ke hari) dan tidak sampai harus dirawat NICU.

Terimakasih dr. Elisa SPA(K) konsultan NICU bayi baru lahir di JIH waktu itu yang bergerak cepat karena sempat panik juga hingga konsultasi dengan seniornya di RSUP Sardjito. Setelah kondisi berangsur membaik, rasanya tidak setegang awal-awal kelahiran, sampai hanya doa yang bisa kita lakukan untuk menanti keajaiban-Nya. Seperti juga yang dikatakan dr. Elisa waktu itu 😂

oligohidramnion


Kabar bahagia setelah persalinan caesar itu, hari berikutnya setelah bisa breast care di RS JIH oleh fisioterapis ibu dan bayi, ASI saya banjir sampai payudara bengkak-bengkak 😂 . Jadi meski nggak IMD dan nggak dikenyot langsung bayi selama dirawat intensif, saya tetep bisa pumping tiap 2-3 jam sekali dan tiap pumping dapet ASIP 100-120 ml . Alhamdulillah banget buat saya waktu itu 😍. Allah Maha Tahu apa yang dibutuhkan.. Meski sempet dikasih ASIP donor dari temen baik dan juga saudara di hari pertama kelahiran, hari berikutnya sudah bisa minum ASIP ibunya melalui sonde dan spuit, yang diberikan berkala sama perawat bayi. Baru hari kelima saya bisa menyusui langsung setelah nak bayi dilepas selang dan oksigennya, rasanya bahagia banget.. Masya Allah, seneng bisa bawa pulang bayi akhirnya dengan kondisi yang sudah baik dan sehat.

Comments